Kamis, November 15, 2007

Perspektif!!

Perspective (Sudut Pandangan) Di dalam kehidupan setiap manusia, jika dia ingin maju dan mempunyai kehidupan yang berarti, dia harus banyak belajar mengenai hikmat. Salah satu bagian dari hikmat yang harus kita pelajari yaitu, mengenai perspective atau sudut pandangan. Suatu contoh, jika saya menganggap saudara sebagai teman baik, maka jika kita berdua akan bertemu, akan ada perasaan yang hangat di hati dan rasa positif. Tetapi jika saya menganggap saudara sebagai musuh atau kompetisi, maka akan ada perasaan yang negatif dan kurang menyenangkan di hati. Semua itu tergantung dari sudut pandangan kita melihat sesuatu. Ada 2 orang yang dipenjara, suatu malam kedua orang itu berdiri di dekat jendela, melihat keluar melalui jeruji besi, yang satu melihat tanah yang becek dan yang satunya melihat bintang-bintang di langit. Kita dapat pastikan bahwa, yang melihat tanah becek adalah yang tidak berpengharapan, sedangkan yang melihat bintang-bintang di langit adalah orang yang masih dapat melihat bahwa ada pengharapan di dalam hidup ini, walaupun betapa buruknya situasi yang sedang dihadapinya. Di dalam usaha mengejar kepenuhan di dalam hidup ini, segalanya tergantung daripada bagaimana kita melihat segala sesuatu. Juga kebiasaan kita dalam melihat segala sesuatu. Dasar pandangan yang kita punyai di dalam melihat diri sendiri, orang lain, hidup, dunia dan Tuhan. Ini memegang peranan yang besar sekali. Sebab itu sudah jelas, jika kita ingin berubah dan bertumbuh, kita harus sadar bagaimana sudut pandangan kita di dalam melihat sesuatu yang kita hadapi dan bersedia untuk mengadakan perubahan jika perlu dan belajar untuk seimbang di dalam segalanya agar kita mendapat hikmat. Tetapi orang yang tidak mau memperhatikan cara dia melihat atau sudut pandangannya yang banyak salah, akan tidak bertumbuh di dalam hidupnya dan akan melakukan kesalahan yang sama terus menerus. Kita seringkali takut melihat masalah yang ada di hadapan kita. Ketakutan itu sebenarnya disebabkan oleh cara kita memandang masalah itu. Kalau kita menganggap masalah itu terlalu besar, maka kita akan takut. Pada suatu waktu, tentara Israel menghadapi seorang raksasa yang bernama Goliat. Pada waktu mereka melihat Goliat, di dalam pandangan mereka, Goliat itu terlalu besar untuk dapat dikalahkan, maka hati mereka semua menciut dan tidak ada satu orangpun yang berani maju menghadapi Goliat. Padahal mereka adalah tentara-tentara yang terlatih untuk berperang. Kemudian datanglah Daud ke medan peperangan untuk menengok kakak-kakanya. Daud adalah seorang gembala yang masih muda pada waktu itu, di tangannya dia memegang umban atau ketapel, semacam aling-aling yang biasa dia gunakan untuk menembak binatang-binatang buas yang seringkali mengganggu kambing dombanya. Ketika Daud melihat Goliat yang menghujat Tuhan, dia terheran-heran mengapa tidak ada satu tentara Israelpun yang berani melawan Goliat. Sebab di dalam pandangan Daud, Goliat adalah sasaran yang empuk sekali, karena badannya terlalu besar maka kalau Daud tembak dengan aling-alingnya, tidak mungkin tidak mengena. Jadi di mata tentara Israel yang sedang ketakutan, Goliat itu terlalu besar untuk dikalahkan. Sedangkan di mata Daud yang berani, Goliat itu terlalu besar sebagai sasaran tembakan, niscaya akan meleset. Dari sini kita dapat melihat bahwa sudut pandangan kita dapat membuat kita ketakutan atau membuat kita berani. Sudut pandangan kita juga dapat membuat kita jengkel dan marah atau membuat kita bersyukur. Jim Smith pergi ke gereja minggu pagi itu. Ketika dia mendengarkan pemain organ memainkan sebuah lagu, dia mendengar organist itu kehilangan satu note dalam pembukaannya dan dia memejamkan matanya, merasa terganggu sekali. Sebentar kemudian dia melihat seorang teenager berbicara pada saat semua yang lain diam dan menundukkan kepala. Pada saat memberi persembahan, dia kesal sekali karena dia merasa usher itu memperhatikan berapa banyak dia menaruh uang di piring persembahan itu. Pada saat mendengarkan khotbah, dia menangkap pendetanya salah menggunakan kata-kata lima kali, pada waktu dia pulang dari gereja, dia mengomel dan berkata : ‘Saya tidak akan kembali lagi ke gereja itu, semua yang ada disana hanyalah orang-orang bodoh dan munafik’. Pada minggu yang sama, Ron Jones juga menghadiri kebaktian yang sama dimana Jim Smith berbakti. Pada saat Ron mendengarkan pemain organ itu memainkan lagu ‘A mighty Fortess ‘, hatinya tersentuh oleh keagungan lagu itu. Dia mendengar seorang teenager mengambil waktu untuk mengatakan bagaimana Tuhan membangun imannya. Hatinya bersyukur. Pada waktu memberi persembahan, hatinya bersukacita karena dia mengetahui bahwa gereja itu akan mengirim sebagian uang itu untuk memberi makan bagi orang-orang yang kelaparan di Nigeria. Pada saat dia mendengarkan pendeta berkhotbah, dia bersyukur sekali karena melalui khotbah hari itu banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu dia terjawab pada saat itu. Pada waktu dia berjalan keluar dari gereja itu, hatinya bertanya : ‘Bagaimana mungkin ada orang yang tidak merasakan hadirat Tuhan di tempat itu ?’ Saudara-saudara, 2 orang menghadiri kebaktian di dalam gereja yang sama, pada waktu yang sama. Masing-masing mendapatkan apa yang mereka lihat menurut sudut pandangan masing-masing. Jadi kita dapat mengambil kesimpulan disini bahwa, perspektif kita di dalam melihat segala sesuatu itu penting sekali kita perhatikan. Karena kita dapat membenci seseorang atau mengasihi seseorang tergantung dari cara kita melihat dia. Jika cara kita melihat itu sudah salah, maka kita akan mengambil kesimpulan yang salah pada akhirnya. Sekarang marilah kita selidiki, dari manakah asalnya sudut pandangan kita itu ? Jikalau sudut pandangan itu begitu penting sehingga dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan, kebencian atau kesukaan, apatis atau semangat, untung atau rugi, darimanakah sumbernya yang membuat kita mempunyai sudut pandangan tertentu ? Sumbernya yaitu : di hati. Di dalam Amsal 4:23 dituliskan ‘jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan’. Dikatakan, ‘jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan…’, berarti, berhati-hatilah dan perhatikan apa yang masuk ke dalam hati kita. Karena dari dalam hati akan terpancar kehidupan. Apa yang masuk ke dalam hati kita, itulah yang kemudian akan terpancar ke luar. Jika hal-hal yang negatif yang masuk ke dalam hati kita, maka cara kita memandang segala sesuatu akan menjadi negatif. Jika kecurigaan yang ditanamkan ke dalam hati kita, maka cara kita memandang segala sesuatu akan penuh kecurigaan. Jika belas kasihan yang ditanamkan ke dalam hati kita, maka kita akan memandang dengan belas kasihan. Di dalam hati kita sekarang ini sudah ada perbendaharaan yang sudah ditanamkan oleh orangtua, lingkungan sekeliling, tradisi dan lain-lain sebagainya, yang membuat kita sekarang sudah mempunyai sudut-sudut pandangan tertentu di dalam melihat segala sesuatu. Yang perlu kita periksa, apakah cara kita memandang itu semuanya benar atau banyak yang salah. Sehingga kita dapat perbaiki yang salah dan pakai yang benar. Hati kita ini perlu kita selidiki sewaktu-waktu agar jangan mengumpulkan debu yang kadang-kadang masuk dikarenakan orang-orang yang bersalah kepada kita. Seperti Daud yang berdoa demikian : ‘Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku ; lihatlah, apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal’.

Tidak ada komentar:

Bagaimana Tuhan menyapa anda?

Begitu banyak kisah-kisah manusia yang sering dilupakan oleh orang. Namun, Tuhan akan selalu memegang anda setiap saat.